Sabtu, 20 November 2010

Atlantis! Surga yang Hilang Itu Adalah Indonesia

Lebih dari 30 tahun, Profesor Arysio Santos meneliti legenda tentang “Benua yang Tenggelam”: Atlantis. Semua penelusuran itu membawa dia sampai pada sebuah kesimpulan: lokasi “Surga yang Punah” itu ternyata ada di Indonesia.

Ia menerbitkan banyak karya tulis tentang Atlantis, termasuk Atlantis The Lost Continent Finally Found yang menegaskan keyakinannya tentang lokasi itu. Karya agungnya ini pun terbit dalam edisi Indonesia dengan judul yang persis sama pada November silam. 

Atlantis! Sebuah kata yang membangkitkan perasaan mendalam tentang sesuatu yang menakjubkan, sebuah misteri, dan rasa kehilangan yang tak tergantikan. Dampaknya lebih terasa dibandingkan dengan sekadar istilah “Benua yang Hilang” dan perasaan ini ada sejak zaman Plato, filsuf besar yang menulis tentang “Surga yang Punah” itu sekitar 2.500 tahun silam. 

Atlantis karya Arsyio Santos

Atlantis adalah sebuah imperium yang sangat luas dan mendunia. Imperium ini menguasai pelayaran dan perdagangan laut, menciptakan metalurgi dan perkakas batu, sangat ahli dalam segala jenis seni dan jasa, termasuk seni tari, drama, musik, dan olahraga. 

Selain kaya, penduduk Atlantis juga mulia dan berbudi luhur. Mereka lebih mengutamakan kebijaksanaan dan kesalehan ketimbang kekayaan. Lalu para dewa pun bersidang dan memutuskan untuk menghukum penduduk Atlantis agar dunia kembali ke jalur yang benar. Plato sendiri menyebut bencana alam yang dialami penduduk Atlantis itu sebagai “Banjir Semesta”. 

Dia bahkan menambahkan beberapa rincian yang membawa kita pada beberapa kesimpulan: bencana itu dipicu ledakan gunung berapi besar yang diikuti penurunan tanah dan pembentukan kaldera, muntahan batu apung, tsunami, dan gempa bumi hebat. Dan, penanggalan yang diberikan Plato, tahun 11.600 sebelum Masehi, bertepatan dengan perhitungan penanggalan akhir zaman pencairan es. Sayang, hal-ihwal “Benua yang Tenggelam” itu masih jauh dari terselesaikan. 

Di antara lokasi itu adalah Mediterania, Laut Utara, Pesisir Laut Atlantik di Eropa dan Afrika, kawasan di tengah Laut Atlantik, Segitiga Bermuda, hingga Amerika. 

Hipotesis Atlantis di Wilayah Indonesia
Menariknya, menurut Profesor Santos, satu-satunya tempat yang sejauh ini belum dinyatakan sebagai lokasi Atlantis di antara ratusan lokasi adalah Indonesia. Bahkan lebih tepatnya, di tempat inilah –lebih baik dinamai Paparan Sunda (Sundaland) atau Austronesia– dataran-dataran rendah Atlantis yang tenggelam itu berada. 

Benua mahabesar yang tenggelam ini sebenarnya terletak di laut dangkal yang ada di selatan Asia Tenggara, di wilayah yang sekarang bernama Indonesia. 

Pulau-pulau di Indonesia, yang jumlahnya banyak dan tersebar, sesungguhnya adalah dataran-dataran tinggi dan puncak-puncak gunung yang tersisa ketika dataran-dataran rendahnya yang luas tenggelam pada akhir zaman es. Ini terjadi ketika permukaan laut di seluruh bumi naik setinggi 130 hingga 150 meter. 

Anehnya, menurut dia, tak seorang pun pernah berpikir untuk mencari Atlantis di bagian wilayah Indonesia yang sekarang sudah terendam, lokasi yang sebenarnya memiliki daratan sangat luas berukuran benua. Tak seorang pun pernah bermimpi bahwa “Benua yang Tenggelam” sesungguhnya ada di sana. 

Sebagian besar pakar umumnya menempatkan Atlantis di sekitar Samudra Atlantik, lokasi di mana Atlantis sebenarnya tidak pernah ada sebelumnya. yang dibicarakan Plato sebagai samudra tempat Atlantis berada. 

Manusia, menurut Profesor Santos, pertama kali muncul di Afrika sekitar tiga juta tahun yang lalu. Manusia primitif ini segera menyebar ke seluruh Eurasia dan wilayah di luarnya hingga ke Timur Jauh dan Australia sekurang-kurangnya satu juta tahun silam. Di sanalah manusia asli ini mula-mula mengembangkan peradaban. 

Perkembangan itu berlangsung pada akhir zaman es, yakni pada masa pleistosen, kurun terakhir dari waktu geologis yang besar, dimulai dari sekitar 2,7 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 11.600 tahun yang lalu. Karena itulah, sebuah bidang luas di daerah pantai, yang disebut Landasan Benua, dengan lebar 200 kilometer terlihat membentuk jembatan-jembatan darat yang menghubungkan banyak pulau dan wilayah ini. 

Di tempat semacam inilah di Indonesia, titik peradaban manusia dan budaya bercocok tanam berkembang untuk pertama kalinya. 

Dengan kenaikan permukaan laut ini, Atlantis tenggelam dan lenyap untuk selamanya bersama sebagian besar penghuninya yang semula sangat banyak. 

Berdasarkan data Plato, pada saat bencana itu terjadi, jumlah penduduk Atlantis di Dataran Agung itu saja mencapai 20 juta. Konsentrasi manusia yang sangat besar ini hanya mungkin terjadi dengan adanya budaya bercocok tanam yang sangat maju, dengan dua atau tiga kali panen dalam setahun seperti diceritakan Plato. 

Produktivitas pertanian yang besar ini sampai sekarang tetap menjadi ciri khas seluruh wilayah tersebut, khususnya Jawa dan Sumatera. 

Ciri Geografis Utama Plato
Cara lain yang digunakan Profesor Santos untuk membuktikan Indonesia sebagai “Surga yang Tenggelam” itu adalah data geografis. Di sini ia berusaha mendeskripsikan sebuah metode yang dikatakannya amat sederhana untuk membandingkan lokasi-lokasi yang selama ini diajukan sebagai situs Atlantis. 

Ini diperlukan untuk menghindari banyak kesalahan dan jebakan yang, menurut dia, dihadapi sebagian besar peneliti yang menelisik misteri Atlantis yang memang sulit sekali dipecahkan. 

Asumsi dasar yang digunakannya sebagai indikator adalah gambaran ciri-ciri utama geografis yang dituturkan Plato dalam Timeaus. Dalam Timeaus terjemahan Jowett yang dikutip, Plato antara lain bertutur: “… dan di sana ada sebuah pulau yang terletak di depan selat-selat yang kau sebut sebagai Pilar-pilar Herkules. 

Pulau ini lebih besar daripada gabungan Libya dan Asia, dan merupakan jalan ke pulau-pulau lain; dan dari pulau-pulau ini, Anda dapat melintas ke seluruh benua yang berhadapan yang mengelilingi Samudra yang Sesungguhnya. Karena laut ini, yang berada di dalam Selat-selat Herkules, hanyalah sebuah pelabuhan dengan sebuah jalan masuk yang sempit. Tapi yang satu lagi adalah laut sebenarnya dan tanah yang mengelilinginya mungkin yang benar-benar disebut benua tanpa batas.” 

Dari tuturan tersebut, Profesor Santos lalu menarik beberapa kesimpulan tentang ciri-ciri dan data geografis utama “Benua yang Hilang” yang diberikan Plato. Sekaligus dengan itu, ia mendapati kenyataan bahwa tak satu pun dari banyak lokasi yang selama ini diajukan para pakar sebagai situs Atlantis bersesuaian dengan “tuntutan” Plato. 

Namun, ia meyakini, satu-satunya pengecualian adalah lokasi yang ditemukannya lebih dari 20 tahun silam, yakni Indonesia dan Paparan Sunda yang berada di bawah perairan Indonesia. Menurut ikhtisar yang dibuatnya, Profesor Santos menyarikan ciri dan data geografis Plato itu menjadi empat: Dua Pilar (Selat), Pulau Atlantis (Lebih Besar daripada Asia + Libya), Banyak Pulau di Samudra Sesungguhnya, dan Benua Luar di Depan (Benua Sesungguhnya). 

Indonesia dalam Tabel Perbandingan
Menurut pengamatan Profesor Santos, hasilnya akan lain bila empat ciri dan data geografis Plato itu diberlakukan pada lokasi Indonesia. Ini memang salah satu upaya pengujian yang dilakukannya, di samping penelusuran terhadap sumber-sumber kuno lainnya, seperti karya Pindar, Homerus, dan Diodorus. 

Ini merupakan jawaban yang cocok dari sisi realitas geologis yang diketahui maupun dari gambaran terperinci yang diberikan para pakar dan banyak sumber lain yang digunakannya. 

Pindar, filsuf dan penyair pra-Plato, membuat beberapa rujukan lain tentang Pilar-pilar Herkules dan lidah-lidah pantainya yang tak dapat dilalui dalam syair-syairnya. Sebenarnya tradisi yang meluas ini bertahan hingga masa Renaisans dan era navigasi sampai Christopher Columbus dan para penjelajah lainnya melanggar tabu tersebut. 

Dan, tradisi-tradisi ini berasal dari masa yang jauh sebelum kemunculan cerita Plato tentang Atlantis dan laut-lautnya yang tak dapat dilalui. 

Tradisi-tradisi itu sangat jelas tidak merujuk pada samudra yang kini bernama Atlantik, melainkan pengertian samudra dari Atlantis, yang ciri-cirinya sangat cocok dengan Samudra Pasifik sekarang. Selain itu, wilayah yang dibicarakan adalah Hindia Timur atau Taprobane, satu-satunya kawasan yang memiliki kesesuaian geologis. 

Santos yakin, laut-laut yang dipenuhi lidah pantai berawa dan danau pinggir laut itu ada di Indonesia, menjadi bagian dari Samudra Pasifik yang dulu diyakini menyatu dengan yang kini kita sebut Samudra Atlantik. Keyakinan ini sekaligus meruntuhkan hipotesis bahwa Pilar-pilar Herkules yang sesungguhnya adalah Gibraltar. 

Bila hipotesis itu diberlakukan dan dimasukkan dalam “jalan cerita” uraian Plato dalam Timeaus, hasilnya sungguh menakjubkan. Lokasinya Indonesia dan Paparan Sunda. Dua pilarnya ada di Selat Sunda, selat sempit dari samudra (Hindia) menuju wilayah Indonesia yang kini setengah tenggelam, tapi sebelumnya merupakan benua yang sangat luas. 

Pulau-pulau di Indonesia yang setengah tenggelam dan sangat luas tersebut membentuk lidah-lidah pantai berawa yang tidak dapat dilalui. Selain itu, banyak pulau laksana surga di perjalanan –Kepulauan Indonesia sendiri, Melanesia, Mikronesia, dan Polinesia– yang membuat lawatan panjang jadi menyenangkan. Terakhir, “Benua Luar” yang berada di luar dan depan wilayah ini adalah Amerika. 

Inilah rupanya yang membuat Plato menyebut Atlantis sebagai nesos yang diartikan sebagai “pulau”. 

Kepulauan itu tidak hanya menyediakan makanan dan air bagi kapal-kapal yang lewat, melainkan juga gadis-gadis pribumi jelita yang membuat jantung para pelaut yang lelah berdetak lebih cepat dan membuat mereka memimpikan surga. 

Selain itu, yang disebut “Benua Luar” itu cocok dengan uraian Plato, yaitu wilayah Amerika. Dua Pilar Herkules itu dapat disamakan dengan dua gunung berapi yang mengapit Selat Sunda: Krakatau dan Dempo. Yang satu gunung tinggi, dan yang lainnya kaldera gunung berapi raksasa –sangat mirip dengan fitur-fitur seperti Scylla dan Charybdis atau Calpe dan Habila yang dituturkan Avienus, penulis sejarah kuno yang hidup pada abad IV. 

Karena itu, jelas bahwa Plato, entah bagaimana caranya, mendengar tradisi-tradisi kuno tentang Laut-laut Selatan yang diketahui berkaitan dengan Taprobane (Hindia Timur) dan kehancuran wilayah yang dulu bagaikan surga itu..

Jumat, 26 Februari 2010

Misteri Atlantis yang Sesungguhnya

Kita telah mengenal Atlantis yang legendaris sejak lama. Selain menarik minat para arkeolog dan penjelajah, Atlantis juga menarik perhatian para panganut new age, ufolog hingga nazi Jerman. Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa bangsa Atlantis adalah sekelompok ras super keturunan alien yang memiliki teknologi tinggi. Tapi ngomong-ngomong, berapa banyak dari kalian yang pernah membaca buku Timaeus dan Critias tulisan Plato ?

Selalu ada perdebatan apakah Atlantis yang dideskripsikan oleh Plato merupakan sebuah fiksi atau kenyataan. Saya sama sekali tidak kesulitan untuk menerima teori bahwa Atlantis adalah sebuah bangsa yang benar-benar ada dalam sejarah. Namun sepertinya saya mengalami kesulitan untuk menerima teori yang mengatakan bahwa Atlantis adalah negeri para dewa, Ras super keturunan alien dengan teknologi super tinggi, atau teori para penganut new age yang menganggap Atlantis sebagai sebuah benua mistik yang memiliki peranan signifikan dalam kehidupan umat manusia.

Hitler bahkan percaya bahwa bangsa Arya adalah keturunan langsung dari Atlantis yang membuat ia memerintahkan pencarian benua ini.

Plato
Jadi saya memutuskan untuk membaca langsung dari sumber legenda Atlantis, yaitu Timaeus dan Critias karangan Plato yang ditulis pada tahun 347 SM. Tentu saja kalian tahu bahwa manusia cenderung membesar-besarkan sesuatu. benar kan ? Jadi saya harus mencari tahu sendiri apa yang dikatakan Plato mengenai Atlantis.

Dan saya tidak menemukan satupun deskripsi yang mengindikasikan bahwa ras Atlantis adalah ras super keturunan alien dengan teknologi super tinggi. Teknologi dan kemampuan yang dideskripsikan Plato mengenai Atlantis sebenarnya sama saja dengan teknologi yang dimiliki oleh bangsa purba lainnya seperti Yunani, Cina dan Mesir. Bahkan, dalam tulisan Plato disebutkan bahwa Bangsa Atlantis kalah berperang dengan Yunani (Saya percaya kalian belum pernah mendengar soal ini).

Mungkin yang membuat orang berpikir bahwa mereka keturunan alien adalah karena Plato menyatakan bahwa bangsa Atlantis berasal dari keturunan Poseidon, Dewa Samudera Yunani (ini berlaku bagi mereka yang mempercayai teori bahwa dewa-dewa masa purba adalah alien).

Tapi menariknya, jika kita meneliti kisah-kisah legenda masa purba dari Cina kuno, Sumeria, Mesir, Yunani dan bahkan Indonesia, kita juga akan menemukan legenda yang menceritakan bahwa mereka adalah keturunan langsung para Dewa. Jadi saya menganggap, Legenda Atlantis tidak jauh berbeda dengan legenda suku bangsa lainnya. (Maaf untuk penggemar Atlantis)

Tapi ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari kisah Atlantis. Dan bagi yang belum mengetahuinya, di bawah ini saya sertakan deskripsi singkat mengenai Atlantis.

Potongan-potongan kalimat ini saya terjemahkan dari Timaeus dan Critias versi Inggris terjemahan Benjamin Jowett. Kalian juga dapat mendownloadnya sendiri dengan mengklik link sumber di akhir tulisan ini.

Timaeus dan Critias adalah sebuah buku yang ditulis dalam rupa dialog yang terjadi antara Timaeus, Critias, Hermocrates dan Socrates. Dalam buku itu, kisah Atlantis diceritakan oleh Critias yang mendengar kisah itu dari kakeknya yang juga bernama Critias. Sedangkan Critias (sang kakek) mendengarnya dari Solon. Dan Solon mendengarnya dari para pendeta Mesir.

Timaeus hanya sedikit menyinggung soal Atlantis. Sedangkan Critias lebih banyak mendeskripsikan Atlantis. Namun, Critias sepertinya belum diselesaikan oleh Plato sehingga kita hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis. Tapi paling tidak cukup untuk mengambil pelajaran dari bangsa yang luar biasa ini.

Lokasi Atlantis

"Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules. Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik. Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas. Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya" (Timaeus)

Asal mula bangsa Atlantis
"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis." (Critias)

Poseidon
"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya." (Critias)

Karakteristik Tanah Atlantis
"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan." (Critias)

Atlantis
"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." (Critias)

Nenek Moyang bangsa Atlantis
"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." (Critias)

Kemakmuran Bangsa Atlantis
"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar." (Critias)

"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat." (Critias)

"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" (Critias)

Struktur Masyarakat Atlantis
"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan." (Critias)

"Para prajurit ini tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara, mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama." (Critias)

"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh." (Critias)

'Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya." (Critias)

Teknologi Atlantis
"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah." (Critias)

"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar dan Lewat kanal ini mereka dapat berlayar menuju zona terluar." (Critias)

Kehancuran Pulau Atlantis
"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku deskripsikan." (Critias)

"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera yang lain." (Critias)

"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata." (Critias)

"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah." (Critias)

"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." (Timaeus)

Penutup - Pelajaran dari Atlantis
"Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemahlembutan dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama." (Critias)

"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada usaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka." (Critias)

"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus bertumbuh di antara mereka." (Critias)

"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat duniawi, dan sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang paling berharga." (Critias)

"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." (Critias)

Dan dengan kalimat itulah Critias berakhir, tidak terselesaikan. Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Zeus. Tapi bahkan walaupun buku ini tidak pernah terselesaikan, pengaruhnya terhadap umat manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.

Jumat, 01 Januari 2010

DAFTAR ISI

M

Text Widget

Situs Gunung Padang